Tuesday, April 16, 2013

Unifikasi Liga: Libatkan AFC Dalam Verifikasi Klub


Unifikasi Liga: Libatkan AFC Dalam Verifikasi Klub
 
Nama Klub Persibo Bojonegoro beberapa hari  terakhir menjadi perbincangan dunia sepak bola Internasional. Ya, Persibo menjadi klub yang tengah disorot oleh dunia luar setelah kekalahan besar atas Sunray Cave JC Sunhey, klub Hong Kong dengan skor 0-8 dalam ajang Piala AFC 2013.
Kekalahan yang membuka mata bahwa kondisi klub-klub Indonesia memang sedang tidak beres. Terkenal bukan karena prestasi, tapi karena hasil buruk. Alasannya, ini akibat krisis finansial yang membelit sebuah klub.
Apa yang terjadi dengan Laskar Angling Dharma itu, bukanlah murni kesalahan Persibo. Sebab, mereka sudah menyatakan tak mampu mengikuti kompetisi Piala AFC dan sudah ingin menyatakan mundur karena kesulitan finansial. Tapi, PSSI ternyata memaksa mereka untuk tetap berangkat.
Bukan hanya di Piala AFC, Persibo ternyata juga sudah beberap kali meminta menunda pertandingan. Bahkan, terakhir mereka dianggap kalah WO. Jika ditarik ke belakang, maka mereka yang menyetujui Persibo berkompetisi juga layak disalahkan : sudah tahu klub mengaku kesulitan finansial,masih saja dipaksakan berkompetisi.
(Sejatinya, Persibo pernah memiliki catatan bagus dalam perjalanan kompetisi Divisi Utama hingga akhirnya promosi ke ISL sebagai tim juara pada musim 2009-2010 silam. Saat itu mereka mengalahkan Deltra Putra Sidoarjo melalui adu penalty).
Kini, kondisi ini harus membuka mata AFC  (dan FIFA), bahwa ada yang ketidakberesan yang besar di sepak bola Indonesia. Bukan masalah dualisme kepengurusan dan kompetisi yang dipaksakan selesai, tapi ternyata juga permasalahan profesionalisme klub.
Kondisi ini harus menjadi pertimbangan unifikasi liga pada musim 2014 mendatang. Dengan kondisi Persibo, AFC hendaknya dan harus bisa terlibat atau dipaksa untuk dilibatkan dalam proses verifikasi klub dalam penyatuan liga ini.
Meski sepak bola Indonesia memiliki wilayah-wilayah tersendiri yang tak bisa diintervensi oleh AFC, tapi, untuk kondisi klub yang berhak mengikuti kompetisi, AFC seharusnya juga dilibatkan. Sebab, dengan sistem verifikasi bagi klub untuk mengikuti kompetisi profesional yang ada saat ini, cita-cita mendapatkan klub professional berstandar AFC masih sulit terwujud.
Bukan saja karena klub tidak mampu, tapi karena regulasi dan proses verifikasi yang dalam kenyataannya masih belum maksimal. Dalam kasusu tertentu,  operator kompetisi menjadi lembek dan penuh toleransi. Keadaan inilah yang harus dilawan, harus diubah: Jika klub tak siap professional, maka klub dilarang berkompetisi di level professional.
Dengan semangat rekonsiliasi, profesionalitas danlicensing club harusnya menjadi perhatian utama. Bagaimana liga mau professional jika aspek-aspek untuk memenuhi kriteria klub professional sesuai standar AFC saja tidak dijalankan sepenuh hati? Jangan berharap ada perkembangan kompetisi jika ketegasan dan komitmen besar untuk menjadikan kompetisi lebih professional ketika verifikasi sendiri masih ambigu.
Dalam memenuhi licensing club, klub harus berusaha sekuat tenaga meng-upgrade dirinya. Cara  yang fair adalah dengan peniliaian AFC. Klub professional dikategorikan dan dicap professional dengan memenuhi lima aspek meliputisporting criteriainfrastructure criteriapersonnel and administrative criterialegal criteria, dan financial citeria dengan penilaian yang tinggi.
 Jika memang standar itu diterapkan dengan ketat dengan cita-cita liga menjadi lebih profesional, bisa jadi hanya sedikit klub yang benar-benar bisa memenuhi standar. Ditilik dari sisi finansial beresnya tunggakan gaji misalnya, bisa jadi hanya lima klub ISL yang layak karena tak ada tunggakan.
Klub itu seperti Mitra Kukar, Persegres Gresik, Persib Bandung,  Persisam Putra Samarinda, dan Persipura Jayapura. Di IPL apalagi, hanya Semen Padang dan Pro Duta FC sejauh ini yang sehat secara finansial dan layak disebut sehat secara finansial. Selebihnya, masih memiliki banyak kekurangan dari lima aspek tersebut.
 Peluang pelibatan AFC dalam proses licensing club atau pun verifikasi untuk menyembut kompetisi 2014 masih terbuka. Asalkan, kongres, sebagai forum tertingi menyepakati itu. Klub, jika memang ingin lebih baik dan sadar harus terus berkembang harus berani mengambil sikap sendiri: sepakati agar PSSI melibatkan AFC dalam proses verifikasi.
Harapannya, AFC lebih tegas dengan tidak lagi menaruh toleransi terhadap klub-klub yang akan mengikuti kompetisi profesional musim 2014 mendatang. Dengan demikian, kejadian memalukan seperti yang terjadi di level Internasional tak terulang.
Pelibatan AFC dalam proses verifikasi sendiri akan menjadi sebuah solusi bagi klub-klub yang saat ini memang masih ada yang kurang puas dengan keputusan kongres. Bukan hanya membuat verifikasi lebih ketat, tapi juga bisa mereduksi adanya permainan dan ketidakadilan dalam memverifikasi kelayakan klub tampil di kompetisi profesional.
Sekali lagi, pelibatan AFC semangatnya bukan untuk kepentingan, tapi untuk prinsip keadilan dan kemajuan sepak bola Indonesia. ini sekaligus menjadi jaminan bahwa kompetisi di Indonesia benar-benar siap lebih profesional, tanpa catatan tentunya

No comments:

Post a Comment